Selasa, 26 April 2011

karena Allah sayang padamu....


karena Allah sayang padamu....

Cinta adalah sebuah fitrah yang tiada terkira gejolaknya.. Karena cinta bisa melakukan segalanya. Untuk cinta kita rela berkorban bahkan mengorbankan cinta itu sendiri demi tujuan yang lebih mulia. Sepasang manusia yang awalnya tak saling kenal. Mereka saling mengetahui satu sama lain karena lingkungan tanpa sengaja mempertemukan. Mereka mengenal satu sama lain karena Allah tanpa sadar menyatukan..
Hati yang dulunya bersih berlahan berubah.., dari yang dulunya bisa menjaga hati kini mulai menatap penuh perhatian dari kejauhan. Yang awalnya tegas kini jadi lebih lembut dan penuh canda. Beruntung Allah masih menjaga separuh hati sehingga masih menjaga jarak satu dengan yang lainnya walau ekspresi dan segala isyarat menandakan pertautan tak tampak diantara keduanya. Ya... keduanya atau salah satunya telah menaruh harap pada yang lainnya...

Perempuan itu bagaikan tersadar dari mimpi panjang... Ia sadar rasa ini terlarang. Perasaan yang menimbulkan bersitan-bersitan aneh. Ia ingin melepaskan, tapi entah kenapa sulit sekali melakukan... Selalu ada celah kecil yang membuat mereka tanpa sengaja bertemu dan berinteraksi lagi. Walau pintu-pintu hati telah dikunci rapat untuknya, tetapi selalu ada kunci lainnya yang membuka gerbang itu lagi.. Kunci itu adalah harapannya...Entah kenapa muncul harapan itu.. Padahal selama ini mereka tiada pernah berkomunikasi lagi... Padahal mereka menjaga jarak., tiada pernah melakukan tindakan maksiat fisik. Tapi akhirnya perempuan itu tersadar...maksiat hati yang lebih parah akibatnya daripada maksiat fisik.. Ya Ilahi Rabbi... ampunilah hamba... rintihnya dalam keremangan malam...

Setiap malam perempuan itu berdoa agar dirinya terjauh dari itu semua. Isak tangis menemani malam-malamnya kala meminta. Ia merintih dalam bisu... Ia mengakui pada Yang Maha Mengetahui segala isi hati, bahwa ia memang sulit melepaskan dia yang telah bersemayam di hatinya, tapi ia juga ingin membuangnya jauh-jauh dari segala harapnya..Menghempaskannya ke dada langit.. Ia menangis karena ia terlalu lemah untuk meminta sesuatu yang bertentangan dengan hatinya. Ia meminta dijauhkan darinya padahal ia tahu persis jauh dari relung hatinya berbeda. Ia tidak bisa meninggalkan lelaki itu menetap di hatinya... Ia harus melepaskannya dari hatinya...Menjauhkan dari hati dan pikirannya... demi cintanya pada Sang Khalik. Ia akan mengikhlaskannya kepada Allah... Jika mereka harus berpisah maka ia rela berpisah demi Allah, walau hati perih terasa meniggalkan jejak-jejak yang telah ternoda.

Tetapi ternyata sangatlah sulit melepaskan harapan yang telah ada, Berulangkali perempuan terjatuh dan tertatih dalam isak dan tangis. Meminta agar dijauhkan dari sesuatu yang ingin dimilikinya. Tapi karena ia takut pada Allah dan terlalu cinta pada-Nya, maka ia tak pernah berhenti meminta. Bahkan ia meminta... gantikan saja hatinya yang telah ternoda dengan hati yang lain, hati yang suci seputih kabut, sebening air, hati milik para bidadari surga. Tapi apakah mungkin hadiah itu diberikan Allah pada-Nya? Sedang ia hanyalah seorang manusia yang bergelimang dosa tak tampak. Bersitan itu telah menimbulkan hatinya hitam sepekat arang. Masihkah ada pintu surga yang bisa kulalui, wahai Rabb?!?! Batin sang perempuan dalam hatinya...

Perlahan malam menggantikan siang dan mentari berganti rembulan. Telah berjuta kali hatinya meminta, lalu ia terjatuh dan merangkak dalam kegelapan. Harapannya timbul tenggelam karena sebenarnya dia tahu lelaki itupun pernah menatapnya, pernah membuka hatinya... Perempuan itu hanya berharap ada secercah cahaya yang memberinya kekuatan untuk bangkit. Bangkit dari harapan tak bertepi.. Akhirnya Allah mengabulkan dalam cahaya remang misyqat bening di tembok surga...

Kini perempuan tahu bahwa dirinya tak lagi menjadi harapan... Alam menceritakan bahwa dia telah ghadul bashar bahkan dari jarak ribuan kilometer. Bahwa dia telah tegas seperti sedia kala.. Bahwa dia semakin khusyuk dalam munajat dan ikhtiyarnya mendekati Allah. Bahwa dia telah menjadikan Allah sebagai tumpuannya dalam setiap sujud dan takbir. Bahwa dia semakin karib dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan tadabburnya. Subhanallah...

Perlahan airmata perempuan menitik mendengar alam mengisahkan. Perempuan itu tahu ia sedih sekali mengetahui kini dirinya tiada lagi yang mencinta, tapi ia juga bahagia dirinya yang dhoif dan fana ini tak mengotori hati yang khusyuk bermunajat pada Sang Ilahi Rabbi. Kini ia tahu bahwa mereka telah saling mengikhlaskan satu sama lainnya karena cinta mereka pada Allah. Mereka ada untuk Allah dan akan selamanya seperti itu. Kini hijab hijau yang terhampar diantara keduanya panjang terbentang dan tidak akan terbuka selama-lamanya kecuali takdir Allah mengatakan berbeda.

Perempuan itu tersenyum pada Allah dalam tangis malamnya. Perempuan itu menangis haru pada Allah dalam relung hatinya.. tangisan kali ini berbeda.. air mata kali ini berbeda..perasaan damai tenang bersemayam dalam dada.. Andai mereka tahu rasanya mengikhlaskan yang dicinta demi Allah, maka tiada lagi virus hati mengantarkan ke panasnya bara neraka. Terima kasih Allah... Engkau selamatkan hamba dari panasnya bara neraka. Semoga hamba layak menjadi bidadari surga-Mu...hamba percaya pada janji-Mu...hamba terikat perjanjian dengan-Mu...Hamba Ridho dengan ketetapan-Mu.. kata perempuan itu dalam hati. seulas senyuman paling manis ia berikan pada dunia sebelum terlelap di sajadah tuanya...Ujian hati itu telah berlalu...

“Rabbanaa hablanaa min azwajinaa wa zurriyatinaa qurrotan a’yun, wajalnaa lilmuttaqiina imaamaa…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar